PERSEPSI (3)

2.7. Ilusi

Kebanyakan, persepsi merupakan proses yang dapat dipercaya. Pada beberapa peristiwa, bagaimanapun, persepsi kita salah mengartikan dunia. Saat persepsi pada sebuah obyek tidak sejalan dengan karakter fisik sebuah obyek yang sebenarnya, kita mengalami ilusi. Beberapa ilusi disebabkan gangguan fisik dari rangsang sedangkan yang lain disebabkan kita salah mempersepsikan rangsang (Coren dan Girgus, 1978). Sebuah contoh dari ilusi fisik adalah membengkoknya tongkat jika diletakan dalam air. Ini dapat dijelaskan fakta bahwa air bertindak seperti sebuah prisma, membelokkan gelombang sinar sebelum wujud obyek sampai ke mata. Umumnya, ilusi seperti itu tidak mengejutkan karena contoh tersebut sering dialami dan mudah untuk dimengerti.

Persepsi ilusi terjadi ketika sebuah stimulus membawa petunjuk yang salah yang menyebabkan kita menciptakan persepsi stimulus tersebut tidak akurat atau tidak mungkin terjadi. Gregory (1983) mengenali empat tipe ilusi. Empat ilusi itu adalah distorsi (atau ilusi geometri), kebingungan (atau gambar yang dapat dibalik), gambar paradoxical-berlawanan dengan asas-asas (atau obyek yang mustahil) dan fiksi.

Ilusi Ponggendrof (gambar kanan) menunjukkan pengamatan yang berlebih-lebihan ketika garis diagonal dipandang lebih miring dan saat batang paralel lebih terpisah. Bila sebuah garis dibawa mendekat secara horisontal, ilusi akan menghilang (McKay dan Newbingging, 1977). Pada 1965, dua pesawat Amerika bertabrakan di atas kota New York menewaskan empat orang dan melukai 49 orang. Kedua pesawat muncul dari sebuah kumpulan awan dan, meski tetap berada pada altidudes-ketinggian 10.000 dan 11.000 kaki, masing-masing pilot melihat pesawat lain muncul dari awan pada sebuah sudut dan mereka mengira akan bertabrakan. Saat mereka melakukan manuver menghindari tabrakan, mereka malah bertabrakan, sebuah kecelakaan yang dapat diatribusikan kepada versi yang kompleks dari ilusi Penggendorf (Cohen dan Girgus, 1978).

 Tidak secara dramatis, kita dapat menjelaskan keterkejutan orang ketika pohon tinggi yang mereka robohkan secara aktual berubah menjadi lebih pendek dari pada yang mereka percayai. Ilusi vertikal-horisontal (gambar kiri) menggambarkan, kita mempunyai sebuah kecenderungan untuk melebih-lebihkan ukuran obyek vertikal. Jadi, sebuah pohon tampak lebih pendek ketika dipotong daripada saat pohon itu berdiri (Cohen dan Girgus, 1978).

Kita menghadapi satu tipe kebingungan atau gambar yang dapat dibalik (vas Rubbin) di awal bab ini. Tiga gambar yang dapat dibalik lain ditunjukkan gambar (di kanan) berikut. Kubus Necker (gambar a) pertama dijelaskan L.A. Necker (1832). Pada ilusi ini, gambar mengalami depth reversal. Kubus dapat diamati dengan menyilangkan baik sisi belakang kubus atau sisi atas kubus ke arah bawah. Meski sistem persepsi menginterprestasikan ini sebagai garis 2-D digambar seperti obyek 3-D, kubus secara spontan me-reverse orientasi kedalamannya jika dilihat sekitar 30 detik.

Gambar b menunjukkan E.G. Boring’s ‘Old/Young Women’ dan gambar 1.7c merupakan contoh pembalikan gambar dimana perubahan dalam persepsi menggambarkan pembalikan obyek. Gambar dapat diamati sebagai profil wajah seorang perempuan muda dengan hanya ujung hidung yang tampak. Bagaimanapun, pipi perempuan muda juga dapat diamati sebagai hidung wajah seorang perempuan yang lebih tua. Dalam pembalikan, kepala bebek/kelinci Jastrow’s (gambar c), obyek dapat diamati sebagai salah satu dari kepala seekor bebek dengan garis terputus di kiri atau sebagai seekor kelinci (moncong bebek menjadi telinga kelinci).

Gambar berlawanan asas terlihat biasa pada pemeriksaan pertama, pada pemeriksaan lebih dekat, kita menyadari, mereka tidak dapat muncul di realitas (karena ‘paradoksial’). Gambar (kiri) berikut menunjukkan tiga gambar paradok.

Menurut Hochberg (1970), hanya butuh beberapa detik untuk menyadari gambar itu tidak mungkin karena kita membutuhkan waktu untuk secara penuh mempelajari gambar, mengorganisasi bagian-bagiannya ke dalam keseluruhan yang berarti. Ketika melihat sebuah gambar, mata kita bergerak dari satu tempat ke tempat pada rata-rata tiga perubahan per detik (Yarbus, 1967). Jadi, saat melihat sebuah gambar yang tidak mungkin, kita membutuhkan waktu (dan makin sulit gambar, makin lama waktu yang dibutuhkan) untuk mengenal dan mengamati bentuknya setelah  sifat ketidakmungkinan dari gambar dapat diapresiasikan.

Lukisan M.C. Escher (di kanan) menggunakan petunjuk persepsi dengan cara seperti itu untuk mendorong kita mengamati sebuah gambar 3-D meski penciptanya hanya mengerjakan dengan dua dimensi. Karena ini juga rumit, kita membutuhkan waktu lebih lama untuk mengenal dan menyadari bahwa itu tidak mungkin.

Ilusi yang telah kita pertimbangkan sejauh ini semuanya dengan sengaja diciptakan. Bagaimanapun, kita dikelilingi oleh ilusi di dalam kehidupan sehari-hari kita. Kegunaan dari petunjuk perspektif oleh penciptanya membimbing kita untuk menerima kedalaman dan kejauhan, yaitu, kita tambahkan sesuatu pada sebuah foto yang secara fisik tidak tampak. Kita juga menambahkan sesuatu pada citra yang diproyeksikan dalam layar televisi kita. Televisi memperkerjakan ilusi jenis lainnya, dinamakan movement-pergerakan.***