Komunikasi merupakan usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain. Karena itu, dalam suatu proses komunikasi, ada tiga unsur utama. Manusia yang menyampaikan isi pernyataan (disebut komunikator), isi pernyataan, dan manusia lain yang menjadi sasaran isi pernyataan (disebut komunikan).
Komunikator menyampaikan isi pernyataan kepada komunikan untuk mewujudkan motifnya. Karena itu, komunikator menyusun isi pernyataan berdasar motif tertentu. Motif-motif komunikator terhadap komunikan dapat digolongkan menjadi enam:
- Memberitahu atau memberitakan. Tujuan pokok komunikator, komunikan mengetahui suatu persoalan. Komunikator hanya memberitahu. Kesimpulan dan atau penilaian diserahkan pada komunikan. Tidak peduli kesimpulan dan atau penilaian komunikan benar atau salah. Pokoknya, komunikan sudah diberitahu. Hal ini secara khusus dipelajari dalam ilmu jurnalistik.
- Menerangkan atau menjelaskan. Tujuan pokok komunikator, komunikan memahami suatu persoalan. Karena itu, selain memberitahu, komunikator juga berusaha menjelaskan suatu persoalan kepada komunikan. Komunikator berkepentingan komunikan memahami isi pernyataannya agar dapat menarik kesimpulan dan atau penilaian secara tepat. Namun, sikap dan atau tindakan komunikan, positif atau negatif, menerima atau menolak, diserahkan kepada komunikan. Pokoknya, komunikan sudah diberitahu dan sudah dijelaskan. Selain secara khusus dipelajari dalam ilmu jurnalistik., hal ini juga dipelajari lebih jauh dalam ilmu penerangan.
- Membujuk atau mempersuasi. Tujuan pokok komunikator, komunikan melakukan suatu tindak tertentu untuk kepentingan komunikan sendiri. Karena itu, selain memberitahu dan menjelaskan suatu persoalan, komunikator juga mengarahkan komunikan bersikap dan bertindak secara tertentu. Jadi, selain dapat menarik kesimpulan dan atau penilaian secara tepat, sikap dan atau tindakan komunikan pun diarahkan komunikator bagi kepentingan komunikan. Tapi, komunikan bebas menentukan sikap dan atau tindakannya. Bila sikap dan atau tindakan komunikan kemudian tidak sesuai dengan pengarahan, komunikator tidak peduli. Pokoknya, komunikan sudah diarahkan kepada sikap dan tindakan yang menguntungkan. Ia bebas memilih mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya. Hal ini secara khusus dipelajari dalam ilmu persuasi.
- Memprovokasi atau mempropaganda. Tujuan pokok komunikator, komunikan melakukan suatu tindak tertentu untuk kepentingan komunikator. Karena itu, selain memberitahu, menjelaskan, dan mengarahkan komunikan untuk bersikap dan bertindak untuk kepentingan komunikan, komunikator juga berusaha komunikan bersikap dan bertindak secara tertentu untuk kepentingan komunikator. Komunikan masih tetap diberi kebebasan bersikap dan atau bertindak. Namun, walau komunikan bebas bersikap dan atau bertindak, komunikator telah menambahkan “sesuatu” ke dalam pemberitahuan dan penjelasannya sehingga komunikan menarik kesimpulan dan penilaian yang salah. Dan, kesalahan ini membawa keuntungan bagi komunikator. Apakah komunikan kemudian menderita, komunikator tidak peduli. Kecuali, bila sikap dan atau tindakan komunikan kemudian tidak sesuai dengan pengarahan, komunikator akan berusaha kembali melakukan “pengarahan”. Hal ini secara khusus dipelajari dalam ilmu propaganda.
- Mengagitasi dan psywar. Tujuan pokok komunikator, komunikan harus melakukan suatu tindak tertentu untuk kepentingan komunikator semata. Karena itu, selain memberitahu, menjelaskan, dan mengarahkan, komunikator juga memaksa komunikan bersikap dan bertindak secara tertentu. Komunikan dalam hal ini tidak diberi kebebasan bersikap dan atau bertindak. Untuk itu, selain menambahkan “sesuatu” ke dalam pemberitahuan dan penjelasannya sehingga komunikan menarik kesimpulan dan penilaian yang salah, komunikator juga melakukan ancaman-ancaman untuk menundukkan komunikan. Karena itu, komunikator yang melakukan agitasi harus memiliki kartu truf yang mematikan komunikan. Khususnya, fakta yang lebih lengkap tentang persoalan yang berkaitan dengan diri komunikan. Jika tidak, komunikator dapat balik diancam oleh komunikan. Komunikan bahkan, secara langsung berpeluang melakukan agresi secara fisik terhadap komunikator. Hal ini secara khusus dipelajari dalam ilmu propaganda. Jika ancaman-ancamannya sudah disertai dengan tindakan-tindakan yang menimbulkan siksaan-siksaan non fisik pada komunikan maka cara-caranya sudah dapat disebut sebagai. perang urat syaraf.
- Mengindoktrinasi atau brainwashing. Tujuan pokok komunikator, komunikan harus melakukan suatu tindak tertentu untuk kepentingan komunikator dan tidak berpeluang melakukan serangan balik terhadap komunikator. Karena itu, selain memberitahu, menjelaskan, dan mengarahkan, komunikator juga memaksa komunikan bersikap dan bertindak secara tertentu. Komunikan dalam hal ini tidak diberi kebebasan bersikap dan atau bertindak. Untuk itu, selain menambahkan “sesuatu” ke dalam pemberitahuan dan penjelasannya sehingga komunikan menarik kesimpulan dan penilaian yang salah, komunikator juga menimbulkan siksaan-siksaan non fisik dan fisik pada komunikan. Karena itu, komunikator yang melakukan indoktrinasi selain harus memiliki kartu truf yang mematikan komunikan, ia juga memiliki “kekuatan fisik” baik secara perorangan maupun secara lembaga. Jika tidak, komunikator dapat diserang balik oleh komunikan. Hal ini secara khusus dipelajari dalam ilmu indoktrinasi.
Untuk mewujudkan motif-motif tersebut terhadap komunikan sebagai sasaran, komunikator perlu menyusun isi pernyataan secara tepat. Suatu isi pernyataan, prinsipnya, mengandung empat aspek: materi yang disampaikan pada komunikan. Lambang bahasa yang digunakan. Etika, norma dan nilai yang digunakan. Estetika, yaitu cara-cara penyampaian isi pernyataan.
Isi pernyataan berdasar materi yang dikandung dapat digolongkan menjadi:
- Pernyataan mengenai fakta
- Pendapat
Bila dihubungkan dengan motif-motif komunikator, materi suatu isi pernyataan dapat disusun berdasar gradasi intensitasnya sebagai berikut:
No. | Motif | Isi Pernyataan | Tindakan | |||||
Pernyataan mengenai fakta | Penjelasan mengenai fakta | Pernyataan mengandung pendapat dalam bentuk bujukan-bujukan. | Pernyataan mengandung pendapat dalam bentuk non fakta | Pernyataan mengandung pendapat dalam bentuk ancaman secara berulang-ulang dan teratur. | Tindakan mengandung ancamam atau siksaan secara non fisik berulang-ulang dan teratur. | Tindakan mengandung siksaan-siksaan secara fisik berulang-ulang dan teratur. | ||
1 | Pemberitahuan | x | ||||||
2 | Penerangan | x | x | |||||
3 | Pembujukan | x | x | x | ||||
4 | Propaganda | x | x | x | x | |||
5 | Agitasi | x | x | x | x | x | ||
6 | Psywar | x | x | x | x | x | x | |
7 | Brainwashing | x | x | x | x | x | x | x |
Jadi, komunikator dapat menyusun isi pernyataan sesuai dengan motif-motifnya. Jika motifnya pemberitahuan maka isi pernyataannya haruslah sebatas fakta saja atau pernyataan mengenai fakta. Jika motifnya penerangan maka isi pernyataannya hendaklah sebatas pernyataannya mengenai fakta ditambah penjelasan mengenai fakta tersebut. Hanya, agar motif terwujud, komunikator perlu berorientasi kepada komunikan, isi pernyataan perlu disusun berdasar karakteristik komunikan. Pada komunikan tertentu, komunikator mungkin cukup melakukan pemberitahuan. Pada komunikan lain, komunikator mungkin perlu melakukan penerangan. Bahkan, pada komunikan-komunikan tertentu, komunikator perlu menyampaikan pembujukan. Dalam situasi tertentu, kalau komunikan masih keras kepala atau ndableg, komunikator kadang harus melakukan propaganda, malah kalau sudah keterlaluan, terpaksa pula melakukan agitasi atau indoktrinasi.
Komunikator harus terus berorientasi pada komunikan untuk mewujudkan motif-motifnya. Karena komunikasi merupakan suatu proses, untuk mewujudkan motif, komunikator pun harus selalu melakukan reorientasi pada komunikan secara simultan. ***