Perilaku individu sebagai fungsi rangsang sosial merupakan unit kajian psikologi sosial. Setiap perilaku individu adalah rangsang sosial bagi individu lain. Saling hubungan, saling pengaruh dan saling ketergantungan antarperilaku individu ini disebut perilaku sosial. Beberapa perilaku sosial yang mendasar, antara lain interaksi, komunikasi, komunikasi massa, dan pertukaran sosial dibahas pada bab ini untuk memahami perilaku individu dalam organisasi.
3.2. Interaksi
Interaksi sosial ialah hubungan antara dua atau lebih individu yang memiliki perilaku tertentu dan perilaku mereka saling mempengaruhi secara timbal-balik. Karena itu, syarat minimal suatu interaksi ialah ada dua individu. Individu-individu tersebut memiliki perilaku tertentu, yaitu perilaku mereka merupakan manifestasi dari keyakinan-keyakinan mereka mengenai perilaku individu lain. Saling pengaruh antarperilaku individu tersebut terjadi dalam serangkai proses yang terdiri dari lima tahap:
- Tahap I : A memiliki sebuah keyakinan mengenai B. Individu (A) yang mendekati atau mengawali hubungan dengan individu lain (B) selalu membawa keyakinan-keyakinan tertentu. Keyakinannya (A) terhadap individu lain (B) menentukan langkah II, yaitu perilaku A, secara verbal maupun non verbal terhadap B. Perilaku ini diwujudkan bila A yakin, “Jika saya melakukan X akan terjadi perilaku Y sebagai respon dari B dan saya akan senang. Bila X diharapkan sukses, kemungkinan ini akan memperkuat keyakinan saya bahwa perilaku X adalah positif.”
- Tahap II : A berperilaku terhadap B sesuai keyakinannya.
- Tahap III : B menafsirkan perilaku A. B menafsirkan perilaku A berdasarkan pada perilaku yang telah dilakukan A secara verbal maupun nonverbal. Tafsiran B ini bisa tepat, bisa tidak. Dalam hal ini, keyakinan terhadap A amat menentukan responnya pada A.
- Tahap IV : B merespon perilaku A sesuai keyakinannya.
- Tahap V : A menafsirkan perilaku B. Tahap ini, prinsipnya merupakan suatu konfirmasi A terhadap respon B dengan keyakinannya pada tahap I. Jika tidak sesuai dengan keyakinan, ia dapat menghentikan, mengulang, atau mengubah perilaku dalam mendekati B.
Suatu interaksi sosial mengandung tiga unsur penting, yaitu bentuk, isi, dan situasi. Bentuk interaksi sosial meliputi jaringan komunikasi dan jumlah interaksi. Jaringan komunikasi menunjukkan individu-individu yang saling dihubungkan oleh saluran-saluran komunikasi, antara lain berbentuk: rantai, segitiga, dan roda. Sedangkan jumlah interaksi menunjukkan seberapa banyak komunikasi telah berlangsung melalui saluran-saluran tertentu di antara individu-individu yang berhubungan, antara lain: satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, atau lebih.
Isi interaksi sosial meliputi sejumlah faktor yang mendorong individu-individu untuk hidup bersama individu lain, untuk bertindak terhadap individu lain, dan juga untuk mempengaruhi dan dipengaruhi individu lain. Faktor tersebut merupakan motif-motif yang komplek dan tak terbilang banyaknya.
Situasi interaksi sosial ialah setiap situasi di mana terdapat suatu hubungan antara dua atau lebih individu yang memiliki perilaku-perilaku tertentu dan perilaku-perilaku mereka saling mempengaruhi (timbal-balik). Situasi ini disebut juga situasi sosial. Situasi sosial ini dapat dibagi menjadi dua golongan utama:
Pertama, situasi kebersamaan, cirinya: hubungan individu-individunya belum teratur, belum saling mengenal, hanya kebetulan ada di satu tempat dengan kepentingan sama. Umpama, para penumpang bis kota, para pembeli karcis bioskop, kereta api, dan sebagainya.
Dua, situasi kelompok sosial, cirinya: hubungan individu-individunya teratur, saling mengenal, keberadaan mereka bukan kebetulan, tapi disengaja untuk mencapai kepentingan yang sama, hubungan antara individu bersifat hirarkis dan struktural, memiliki pimpinan, mempunyai pembagian tugas, dan memiliki aturan-aturan tertentu. Umpama, partai politik, sekolah, dan sebagainya.
Dua situasi sosial itu sangat mempengaruhi perilaku individu. Perilaku setiap individu adalah berbeda dalam situasi sendiri dibandingkan dengan perilakunya dalam situasi sosial. Jika telah terjadi interaksi antara dua atau lebih individu dalam situasi sosial, terjadi beberapa gejala mendasar atau pokok yang menjalin kelangsungan hubungan di antara mereka.
- Imitasi: imitasi merupakan suatu perilaku individu yang tertentu akibat perilaku yang kurang lebih sama dari individu lain (sebagai model), karena perhatian dan sikap menjunjung tingkat perilaku yang ditiru. Peniruan model rambut, celana, rok, dan gaya hidup adalah contoh imitasi.
- Sugesti: sugesti ialah suatu penerimaan perilaku atau pernyataan-pernyataan seorang individu oleh individu lain tanpa kritik karena pengaruh otoritas individu tersebut, penerimaan mayoritas individu lain, atau karena perilaku dan pernyataan-pernyataan individu tersebut memang sebelumnya telah ada pada individu yang menerimanya.
- Indentifikasi: indentifikasi ialah kecenderungan individu untuk menjadi sama dengan individu lain karena dianggap ideal, karena keinginan untuk mencontoh, belajar, atau mengikuti jejak individu tersebut secara tidak sadar.
- Simpati: simpati ialah ketertarikan individu terhadap keseluruhan cara-cara berperilaku individu lain yang seolah atau sama (cocok) dengan dirinya sendiri, dilakukan berdasar keinginan untuk memahami dan bekerja sama.
- Empati: empati ialah ketertarikan seorang individu terhadap perilaku individu lain yang dirasa berbeda dengan dirinya, sehingga ia berupaya menempatkan diri sebagai individu lain tersebut berdasar keinginan memahaminya dan bekerja sama.
2 comments for “PERILAKU SOSIAL ORGANISASI (1)”