Berapa nilai untuk seorang mahasiswa yang tidak menguasai materi tugas akhir? Pertanyaan ini muncul setelah hampir satu jam saya bersama seorang penguji lain mengajukan pertanyaan terhadap seorang mahasiswa, tapi ia tidak fokus. Konsentrasinya hilang. Ia kadang minta kami mengulang pertanyaan dan baru lama bisa menjawab. Itu pun terbata-bata.
Ketika kami selesai bertanya, saya menetapkan, ia pantas dapat nilai “C+” saja. Nilai terendah di formulir. Tapi, pada detik akhir sidang itu, rekan saya menguji bertanya pada mahasiswa tersebut, “Dulu kamu cita-citanya apa, sih?”
Mahasiswa itu diam sejenak dan menjawab dengan isak tangis. Setelah didesak, ia mengaku, sebenarnya ia tidak bercita-cita kuliah di program studi Jurnalistik. Selama tiga tahun ini, ia tidak suka mempelajari ilmu tersebut. Hanya karena paksaan orangtua, ia terus melanjutkan kuliah. Dia mengaku benar-benar tersiksa.
Ketika ia kami suruh menunggu di luar, kami hitung rata-rata nilai kami berdua, mahasiswa itu memperoleh nilai “B-“. Saya diam sejenak. Rekan saya menguji itu bertanya, mau dikasih berapa?
Saya katakan, beri saja “B”. Untung rekan saya sepakat saja. Bayangkan, dalam situasi sangat tertekan, mahasiswa itu masih dapat mempelajari ilmu Jurnalistik dan menyelesaikan tugas akhirnya dengan nilai B-. Hal ini tentu luar biasa. Ia mahasiswa hebat. Pantaslah dapat “B”. Paling tidak, “ketersiksaan” dirinya selama tiga tahun ini telah kami hitungkan juga.***
6 comments for “Salah Pilih Jurusan”